Sepenggal Kisah Menjalani peran sebagai Seorang Ibu
Aku ibu dua anak yang selalu sibuk dengan kehidupan rutinitas aku sebagai seorang ibu. Semua orang yang menjadi ibu pasti tahu. Betapa rumitnya diam dalam rumah meski tidak terlihat mengerjakan apa-apa. Padahal untuk istirahat rehat dari rutinitas mengasuh anak saja tidak bisa berhenti.
Kalau lah aku tahu betapa luar
biasanya bekerja di rumah mengasuh buah hati ini sangat amat menyita segala hal.
Mulai dari hobi sampai waktu istirahat dan tidur nyaman tanpa mendengar suara
tangisan atau pun ngigo anak yang selalau terjadi hampir tiap malam.
Sesekali
aku menangis akan kelelahan aku yang di rasa tidak habis menemani keseharian
ku. Terkadang amarah lebih dominan dalam diriku sampai aku melampiaskan rasa
lelah ini kepada anak-anak dengan memarahinya atau meneriaki dengan kesalahan
sepele yang anak ku lakukan. Meski setelahnya aku pun merasa sangat bersalah
dengan apa yang aku lakukan. Saat malam tiba sebelum anak-anak tertidur pulas
terkadang aku menanyakan kepada mereka.
“Apa
kamu marah sama ibu hari ini ?” tanyaku.
“Engga.
gak apa-apa.” Jawabnya.
Kepolosan anak yang kadang membuat haru. Meski terkadang aku keceplosan marah kepada mereka. Tapi mereka tidak pernah menyimpan rasa kesal di dalam hatinya. Terkadang aku belajar dari mereka tentang perasaan yang tidak pernah menyimpan dendam dalam diri dan mudah sekali memaafkan.
Seorang anak yang memiliki hati tulus dan perasaan yang mudah sekali meminta maaf. Beda sekali dengan perasaan aku sebagai orang yang lebih dewasa. Yang memiliki gelar seorang ibu. Tapi masih memiliki hati yang keras dan mudah sekali tersinggung hanya karena kesalahan-kesalahan sepele. Terkadang aku membalas perlakuan anak ku yang terlihat nakal. Padalah apa yang mereka lakukan masih terbilang wajar.
Semua perilaku mereka adalah gambaran dari apa
yang mereka lihat dan mereka dengan dari lingkungan dan rumahnya. Seharusnya
aku menyadari itu sedari dulu. Harusnya aku lebih memperlihatkan hal-hal yang
lebih baik lagi agar aku pun bisa melihat perilaku mereka dengan lebih manis
lagi.
Sekarang aku menyesal. Tapi juga bersyukur. Karena aku masih bisa melihat kesalahan-kesalahan ku yang telah aku perbuat. Meski terlambat aku masih punya waktu untuk memperbaikinya. Meski kini anak ku sudah mulai tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa. Aku masih bisa meminta maaf dan memulai kehidupan baru aku dalam proses pengasuhan ini.
Aku masih bisa belajar perlahan membuang rasa
mudah marah dan kesel aku dengan perbuatan anak yang sebenarnya wajar mereka
lakukan. Seperti mengacak-acak mainan. Memberantaki buku-buku di rak.
Mengacak-acak kamar tidur dan hal umum yang biasa mereka lakukan sebagai
ekspresi rasa bahagia dan menjalani imajiansi mereka.
Kini
aku bisa mulai mengajarkan kebaikan-kebaikan yang memang terlihat sepele dan
kecil tapi sebenarnya sangat bermakna untuk anak-anak. Hal-hal kecil yang aku
ajarkan kepada mereka akan sangat berbekas dan tumbuh menjadi pribadi mereka
dan karakter yang akan selalu tersemat dalam diri mereka sampai dewasa.
Dalam proses pengasuhan banyak sekali kesalahan-kesalahan yang aku perbuat. Seperti mudah sekali menjudge anak nakal, menjudge anak pemalas, menjudge anak susah di atur. Dan ternyata itu semua sebuah kesalahan besar. Seharusnya aku tidak boleh melabeli anak dengan sebutan sebutan negatif seperti itu. Karena itu semua bisa membuat mereka memasukannya kedalam alam bawah sadar dan mereka sendiri nanti yang akan merasa seperti itu.
Padahal sebenarnya tidak ada yang namanya
anak pemalas ataupun anak nakal. setiap anak memang memiliki ke unikannya
masing-masing. Seperti layaknya manusia pada umumnya yang memilik
keanekaragaman. Jutaan manusia saja
memilik sidik jari yang berbeda tiap orangnya. Begitupun anak-anak.
Kini
aku hanya harus mengenali fitrahnya anak-anak dan membantu mereka mengembangkan
apa yang bisa di kembangkan menjadi sebuah keunikan yang di miliki setiap anak.
aku sangat bahagia bisa merasakan kenikmatan yang luarbiasa ini. Menjadi
seorang ibu yang bahagia. Menjadi seorang ibu yang memilik support system yang
baik dalam keluarga.
AKU
BAHAGIA.
29 komentar untuk "Sepenggal Kisah Menjalani peran sebagai Seorang Ibu"
Ingat aku mba rin.. yg sedang dan terus berjuang menanti buah hati...
.
Semoga menjadi sumbu sabar baru buat mba rina ya dalam mendidik generasi shalih/shalihah
♥
Virtual hug mba rina
Memang peran orangtua sangat penting ya mbak, baik verbal maupun tingkah laku. Sekalipun memarahi, alangkah baiknya tetap pakai kata-kata yang baik, agar tidak berpengaruh buruk pada anak.
Semoga kita diberikan kesabaran dan kekuatan yaa Mbak..
Jalani dan nikmati saja. Lakukan sebagai ibadah
Semoga kita sama Sama bisa menjadi ibu yang baik buat anak anak kita, mengasuh dengan positive..
Kalau tulisan ini bermanfaat untuk kalian, jangan lupa komen dan share ya. terima kasih !